Rabu, 11 November 2015

SUKSES TERBESAR DALAM HIDUPKU


Setelah dinyatakan lulus seleksi administratif Beasiswa LPDP gelombang 4 tahun 2015 pada 2 November 2015, hari ini 11 November 2015 aku menjalani rangkain seleksi substantif mulai dari penulisan esai dan LGD pada pagi harinya, dan dilanjutkan dengan verifikasi berkas pada siang hari dan terakhir wawancara menjelang sore harinya. Insya Allah semua pengalaman seleksi tersebut akan aku ceritakan dalam satu tulisan tersendiri. Di sini, aku akan postingkan esai yang menghantarkan lulus seleksi administratif. Semoga bermanfaat, dan tentu saja mohon doanya dari semua pembaca yang singgah di blog ini, agar lulus dalam seluruh seleksi beasiswa LPDP ini. AAMIN.


SUKSES TERBESAR DALAM HIDUPKU

Sukses terbesar dalam hidupku?, hingga kini aku belum pernah mendapatkan medali, piagam penghargaan atau piala apa pun yang layak aku banggakan. Tapi itu bukan berarti bahwa aku tak pernah merasakan bahagia karena adanya pencapaian-pencapaian besar dalam hidupku.

Terlahir sebagai seorang anak transmigran di daerah Kalimantan Tengah, pindah ke Jawa Tengah pada awal tahun 1990 dan akhirnya meneruskan studi perguruan tinggi di Bandung Jawa Barat, telah menghantarkanku pada berbagai kondisi fisik dan psikologis yang berbeda-berbeda, yang menuntutku terus bertahan, berkembang dan bergerak untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik.

Awal Agustus tiga belas tahun silam, babak baru dalam hidupku dimulai. Dengan bermodal tekad,aku datang ke Bandung. Seorang saudara jauh mengiming-imingiku kesempatan untuk bisa kuliah dengan biaya dari sebuah yayasan di tempatnya bekerja.

Bandung membawaku pada sebuah keluarga baru yang menjadikanku pribadi yang jauh lebih “indah”. Di sini aku tinggal bersama keluarga besar, dengan beragam karakter, status sosial, suku dan latar belakang budaya. Di tempat ini lah aku mulai belajar artinya kekeluargaan, kebersamaan, berbagi, indahnya perbedaan dan bahagianya tersenyum dalam kesusahan dan ketidakmampuan. Ketidakmampuan yang membawaku pada kepasrahan total kepada-Nya. Dimana aku merasakan detik-detik menegangkan namun membahagiakan, saat dimana Allah benar-benar hadir tersenyum padaku dan tak sedikit pun membiarkanku menanggung ketidakmampuanku seorang diri. Jiwaku “lahir” kala itu. Itu lah suskses terbesarku. Saat aku mulai mampu keluar dari dunia yang selama ini tercipta rapi dalam pikiranku yang telah lama membelengguku dan mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitarku. Dimana aku tak lagi memandang orang-orang di sekitarku yang berpikir dan bertindak secara berbeda denganku sebagai orang-orang aneh dan menyebalkan. Pola pikirku berubah 180°. Aku merasa jadi manusia baru. Dan indahnya lagi, keajaiban-keajaiban itu hadir lagi dan lagi, membuatku sesaat menangis, tersenyum dan kemudian berucap syukur.

Dapat melanjutkan studi S1 Farmasi di sebuah perguruan tinggi swasta di Kota Bandung ini adalah salah satu dari sekian banyak keajaiban itu. Bukan saja karena perhitungan matematikaku yang menyatakan bahwa tak mungkin untukku dapat membiayai kuliah di tempat itu, tapi lebih karena prosesnya yang menguras emosi, tenaga dan pikiranku saat itu. Kondisi yang membawaku pada kenyataan dan kebenaran bahwa Allah itu Ada dan tak kan pernah membiarkan umatnya merana sendiri. Mungkin, dalam setiap upaya mencapai impian, akan ada orang-orang yang mencibir dan tersenyum sinis pada kita, tapi mereka adalah bunga-bunga perjalanan yang akan membuat pencapaian tujuan itu jadi lebih menyenangkan untuk dikenang. Karena dalam setiap kondisi “tak menyenangkan” itu Allah juga mengutus malaikat-malaikat dalam bentuk manusia yang tersenyum ikhlas dan mendukung kita. Masih banyak orang baik di dunia. Allah selalu punya banyak kejutan indah untuk kita, selama kita yakin akan keberadaan-Nya.

Mungkin aku adalah orang yang “terlambat”. Ya, terlambat mendapat kesempatan untuk bisa kuliah, terlambat belajar menjadi pribadi yang lebih dewasa dan terlambat menemukan jodoh juga. Tapi terlambat itu masih jauh lebih baik, daripada tidak tentunya.

Awal tahun 2015 seorang kenalan memperkenalkanku pada beasiswa LPDP. Sebuah beasiswa S2 yang memberikan kesempatan hingga usia maksimum 35 tahun. Ini sebuah peluang langka bagiku, tak boleh kusia-siakan.  Sempat terlintas dalam pikiranku “andai saja aku mendapatkan informasi ini lebih awal tentu aku akan lebih mampu mempersiapkannya”, tapi segera kubuang jauh pikiran itu. “Masih ada kesempatan, manfaatkanlah semampumu” kataku dalam hati. Aku pun berusaha semaksimal mungkin untuk dapat memenuhi semua persyaratannya agar dapat melanjutkan studi S2 dengan beasiswa tersebut. Termasuk upaya untuk mendapat skor TOEFL minimal 500, bukan hal yang mudah bagiku, tapi itu bisa dipelajari.

Aku punya harapan besar dengan studi S2 ini. Kelak akan kuwujudkan mimpi-mimpiku. Banyak sekali mimpiku. Bandung sudah terlalu berjubel manusia di sini. Dengan bekal ilmu yang cukup, aku berharap aku akan bisa menepi dari kehidupan kota besar dan tinggal di desa kelahiran kedua orang tuaku, merawat mereka seraya mewujudkan mimpi-mimpi disana. Menjadi seorang pendidik dan wiraswasta. Membangun sebuah klinik atau bahkan rumah sakit yang merakyat dan mengajak orang-orang di sekitarku untuk lebih sehat. Menjadikan desaku mempunyai  produk kesehatan yang otentik dari desa tersebut bukanlah hal yang mustahil. Aamin.

1 komentar:

  1. Terima kasih Purwa Teratai telah mampir di blog pribadi saya serta sumbangsih opininya disana.

    BalasHapus