Melanjutkan
studi S2 adalah cita-cita yang telah lama terpendam. Setelah lulus dengan nilai
yang cukup memuaskan pada Program Pendidikan Sarjana Farmasi dan dilanjutkan
dengan Program Pendidikan Apoteker, saya merasa bahwa ilmu yang saya miliki
masih sangat sedikit dan belum teraplikasikan dengan baik dalam kehidupan
sehari-hari saya. Menjadi seorang Farmasis, ya, saya lebih senang istilah
farmasis daripada apoteker, karena farmasis memberikan pengertian yang lebih
luas dan terdengar lebih anggun. Saya harus lebih banyak lagi belajar dan
mendalami bidang keilmuan ini. Dengan pemahaman yang lebih mendalam saya yakin
saya akan lebih bijaksana dan luwes dalam mengaplikasikan ilmu kefarmasian saya
di masyarakat.
Bidang
studi farmasi dalam pengamatan saya, sedang “naik daun”. Antusiasme masyarakat
dalam hal ini calon-calon mahasiswa baru sangat tinggi. Namun, ilmu farmasi
tampaknya adalah “ilmu langit”. Farmasis atau apoteker yang semestinya adalah
sebuah profesi masih jauh panggang dari api. Tenaga farmasis kian hari kian
bertambah banyak, tapi tak berbanding lurus dengan peran dan gaungnya dalam
masyarakat. Farmasis belum berperan sebagaimana mestinya. Farmasis sebenarnya
memiliki cakupan kerja yang luas dan beragam. Sebagai contohnya, farmasis
klinis seharusnya dapat terlibat langsung dalam setiap upaya pengobatan yang
dilakukan terhadap pasien, bukan seperti yang sekarang ini berlangsung, dimana
farmasis umumnya hanya berperan sebagai penyedia perbekalan farmasi.
Selain
itu, selama ini farmasis lebih berjiwa pekerja atau karyawan. Farmasis, dengan
segala bekal keilmuan yang dimilikinya seharusnya akan lebih kreatif
mengembangkan produk-produk kesehatan atau pun makanan dan minuman yang berasal
dari bahan-bahan alam Indonesia, sehingga lebih mandiri dan di masa yang akan
datang lambat laun bangsa kita tidak akan lagi ketergantungan pada
produk-produk import.
Fenomena
tersebut adalah sebuah tantangan besar bagi saya. Saya sangat ingin di masa
mendatang farmasis benar-benar memberikan kontribusi nyata bagi kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dengan melanjutkan studi, wawasan dan cara
berpikir saya tentu akan lebih baik, dan tentunya akan menghasilkan ide-ide
baru yang membangun dan dapat diwujudkan. Sehingga saya bisa berbuat lebih baik
sebagai seorang farmasis, dan itu akan membuat saya tidak lagi merasa malu
dengan profesi yang saya sandang.
Saya
sangat berharap dengan bekal studi S2 nantinya saya dapat lebih mengabdikan
ilmu kefarmasian yang saya miliki sebagai salah satu tenaga pengajar dalam
rumpun bidang ilmu farmakokimia di Sekolah Tinggi Farmasi Bandung, dimana
selama lebih dari 7 tahun saya telah aktif sebagai salah satu asisten praktikum
di dalamnya.
Saya
akan menempuh Program Studi Magister Farmasi di Sekolah Farmasi Institut
Teknologi Bandung dan memilih kelompok keilmuan farmakokimia. Unit bidang ilmu
farmakokimia saya pilih, karena dua alasan. Pertama, karena saya telah
bergabung dengan Tim Asisten Farmakokimia di Sekolah Tinggi Farmasi Bandung,
sehingga saya telah memiliki sedikit bekal ilmu yang akan saya perdalam dan
mantapkan lagi selama menempuh studi S2 nantinya. Alasan kedua, adalah karena
bidang ilmu tersebut saya rasa merupakan salah satu rumpun bidang ilmu
kefarmasian yang paling mudah diaplikasikan dimasyarakat.
Studi
ini direncanakan akan berlangsung selama 2 tahun, dimulai pada pertengahan
tahun 2016 hingga pertengahan tahun 2018. Dalam penelitian dan penulisan tesis,
saya akan mengarahkan penelitian tersebut pada penelitian yang memungkinkan untuk
dikembangkan dan memungkinkan dihasilkannya produk baru yang dapat diproduksi
dan diedarkan dipasarkan.